Hakai no Miko Bab 1 - Chapter 1 : Summoning

Posted by webnovel, Released on

Option

『…Oma…Souma…』

Siapa? Siapa yang memanggilku?

『Souma… Dat-…Memanggil… Souma…』

Siapa? Siapa itu?

Merasa ada seseorang yang memanggil namanya, Kisaki Souma terbangun dari tidurnya.

Dia sedang berada di kamarnya.

Hari ini, sekolah sedang libur, jadi dia bermalas-malasan di kasur, membaca majalah mingguan yang dia dapatkan dari toko buku langganannya siang itu lalu ketiduran. Kamarnya berantakan, penuh dengan baju kotor dan kumpulan manga yang berserakan, sebelum dia tau, kamarnya berwarna merah dari cahaya sore di langit barat.

Saat mengangkat kepalanya, halaman majalah yang menempel di pipinya membuat suara seperti di sobek dengan paksa.

“*menguap*”

Souma mengambil kaca yang berada di samping kasur dan melihatnya; apa yang tercermin di sana adalah wajah kekanak-kanakan seorang laki-laki.

Rambut hitam yang pendek dan mata hitam mencerminkan sifat pemalunya. Penampilannya, yang terlihat kekanak-kanakan, di anggap manis bagi wanita dewasa, namun perlahan-lahan dia mulai merasa malu karenanya.

Namun, dengan bekas halaman majalah yang tercetak di pipinya sehabis tidur, wajahnya tampak terlihat bodoh daripada manis dengan lingkaran yang ada di pipinya.

Sambil mengusap tinta di pipinya dengan punggung tangan, Souma menguap kencang, keluar dari kamarnya dan menuruni tangga.

“Ibu! Apa kamu memanggilku?!”

“Oh, Souma, kamu sudah bangun? Ibu tidak memanggilmu.”

Dari dapur terdengar suara ibunya bersamaan dengan suara minyak yang keluar dari penggorengan. Souma bertanya-tanya apakah dia salah dengar.

“Souma, pas sekali. Aku kehabisan tofu untuk di goreng. Maaf karena harus menyuruhmu, tapi sekarang Ibu sedang memasak tempura dan tidak bisa ditinggal. Bisakah kamu membelikannya?”

“Mmh. Tentu.”

Souma kemudian memakai sepatunya dan mengambil kunci sepeda di gantungan kunci di sebelah rak sepatu yang berada di dekat pintu masuk rumah.

Lalu, saat Souma mengulurkan tangannya ke gagang pintu dan hendak membukanya-

Entah kenapa, pandangannya menjadi kabur.

Souma mengira dia masih pusing karena baru bangun, tapi rasa pusingnya semakin parah. Akhirnya, dia tidak sanggup berdiri dan mulai duduk, tapi pusingnya belum juga hilang.

Karena perasaan tersuspensi yang terus-menerus seolah-olah tubuhnya melayang dan tekanan berat seolah-olah didorong ke bawah, Souma merasa seolah-olah sedang dipermainkan.

“Souma, kamu lupa dompet-“

Souma mencoba menjawab panggilan ibunya, tapi suaranya terasa terhenti karena mual yang dia rasakan. Dia mencari pertolongan dengan pergi ke ibunya dan mengulurkan lengannya untuk meraih gagang pintu untuk membantunya berdiri.

“… Souma… Datanglah, Souma…”

Sementara sekali lagi berhalusinasi mendengar suara, tangan Souma berhenti di udara tanpa bisa menggapai gagang pintu.

“Souma, kamu lupa dompetnya… Souma?”

Saat ibunya datang dengan dompetnya, hanya ada kunci yang tergantung di pintu dan kunci sepeda, yang jatuh kesamping, ditinggalkan, namun Souma tidak ada di sana.

◆◇◆◇◆

Dengan suara *bam*, sebuah getaran kuat melintasi punggung Souma.

“Ah… Ow… Ahh”

Erangan dan tangisan keluar dari mulut Souma. Sepertinya punggungnya terbentur sesuatu yang keras, menyebabkan rasa sakit di seluruh punggungnya. Namun, bukan hanya rasa sakit, perasaan pusing dan kelelahan menyebar ke seluruh tubuh souma, menyebabkan dirinya mengerang kesakitan.

Pada saat itu, suara seseorang yang bergerak terdengar dari sekelilingnya.

Perlahan membuka matanya yang tertutup rapat karena kesakitan, sekitarnya menjadi redup, membuatnya bertanya-tanya sejak kapan matahari terbenam.

Dia berpikir mungkin itu karena dirinya pingsan, tapi dia segera menyadari bahwa bukan itu masalahnya.

Mendongak ke atas, dia melihat langit-langit redup dengan bebatuan runcing di sana- ada banyak stalaktit yang menggantung di sana.

Dan juga, situasinya tampak aneh.

Sambil menggeliat kesakitan, dengan panik dia mengamati sekitar. Meskipun seharusnya dia di depan pintu rumahnya, lokasinya berubah menjadi gua batu kapur yang belum pernah di lihatnya. Stalaktit yang mirip pilar menjulang di tengah-tengah gua, yang cukup luas untuk membuat rumah di dalamnya. Dengan lilin yang di tempatkan di mana-mana, pemandangannya seperti di sebuah dongeng.

Dan, di antara stalaktit, ada sekumpulan pria dan wanita, memandang Souma dengan wajah takjub sambil berlutut di tanah.

“… Dimana… aku?”

Terhadap Souma, yang nada bicaranya rendah, seorang pria yang ada di barisan depan berbicara.

“Owa! Owa!”

Apa yang keluar dari mulut pria tua itu adalah suara dengan intonasi yang belum pernah Souma dengar sebelumnya.

“Diha noiha? Fero ran dirarn noiha!?”

Apa yang dia katakan? Aku sebenarnya ada di mana? Dimana lokasi tempat ini?

Meskipun pertanyaan itu muncul di pikirannya, dia tidak bisa berpikir jernih saat berusaha mati-matian untuk bangkit. Seluruh tubuhnya terasa panas seperti saat meminum wiski, saat di paksa oleh saudaranya yang setengah bercanda, pada malam tahun baru. Dia juga mengalami sakit kepala yang berdenyut-denyut di tengkoraknya, rangsangan keras menjalar di kepalanya saat dia mencoba untuk bergerak.

Selain itu, saat Souma jatuh terlungkup dari rasa sakit yang diakibatkan oleh mual di perutnya, sambil mengeluarkan erangan kecil dia melihat wanita yang menghadap ke bawah.

Tidak, itu bukan wanita asli.

Melainkan patung yang di buat dari stalaktit.

Tajam, cakar runcing menempel di jari-jari tangannya, yang membentang seperti ingin merangkul Souma. Alih-alih seorang wanita, dia seperti iblis yang menyamar sebagai wanita.

Tiba-tiba sebuah tangan menyentuh dahi Souma.

Tanpa dia sadari, pria tua itu berlutut di depan Souma. Sesekali dia mengusap poni Souma, yang menutupi dahinya, dengan tangan yang gemetar, hanya dua mata pria tua itu dengan kerutan yang dalam terbuka lebar dan bersinar gemerlap.

“Uz yakha kiha! Uz migou seiha!”

Ketika pria tua itu berbalik menghadap kerumunan, dia mengangkat tangannya dan berteriak dengan gembira. sorakan gembira keluar dari kerumunan.

“Magluna Aura! Magluna Aura! Magluna Migou!”

Sambil mendengarkan sorakan gembira itu dengan seluruh tubuhnya, yang menggema keras di dalam gua batu kapur yang sempit sampai-sampai membuat kupingnya sakit, kesadaran Souma tiba-tiba menjadi gelap.

◆◇◆◇◆

Pria tua itu adalah pecundang.

Suatu hari, pria tua itu memiliki otoritas yang kuat di tempat yang sangat mulia dan indah di dunia ini. Namun, dia tertangkap oleh perangkap sekelompok pengecut, dia kehilangan semua yang ia peroleh, kehormatan, pangkat dan kekayaan.

Pada saat itu tidak hanya mereka yang memusuhinya, tapi semua orang yang patuh kepadanya perilakunya berubah dengan cepat dan pria tua itu di usir dari ibu kota dengan batu yang di lempar kepadanya.

Di lecehkan dengan cara yang jahat bahkan oleh orang-orang dari kalangan bawah yang di hina seperti cacing sampah, pria tua itu tidak punya pilihan untuk memimpin sejumlah kecil anggota keluarganya dan melarikan diri ke daerah terpencil.

Bagi tubuh pria tua itu, yang menjalani kehidupan tanpa ketidak nyamanan saat sedang di tunggu oleh banyak orang, pelarian itu adalah sesuatu yang menyakitkan dan keras. Meski begitu, ketika dia akhirnya sampai di tempat ini, semua yang membara di hatinya adalah kebencian dan kemarahan.

Bagaimana caranya menghapus semua ini!? Kebencian! Kemarahan! Penghinaan!

Satu-satunya hal yang mendukung tubuh pria tua itu dan kemauannya saat ini hanyalah keinginannya untuk balas dendam.

Apa yang di miliki pria tua itu, yang sudah di rasuki oleh kebencian, adalah uraian dalam buku tertentu yang pernah ia temukan di perpustakaan besar ibukota.

Catatan di sana menuliskan tentang makhluk yang paling mulia dan paling kuat di dunia ini.

Pria tua dan klannya bergantung pada itu dan berniat untuk mengalahkan orang-orang yang mengusir mereka dan mengambil kejayaan klan mereka kembali.

Menculik putri dari petani kalangan bawah, mereka menawarkan hatinya, yang dipenuhi darah hangat, dan berdoa dengan bersungguh-sungguh.

Sampai batas kebencian mereka, mereka berdoa seakan-akan akan melanjutkannya selamanya, dan akhirnya terjadi perubahan.

Seorang bocah lelaki yang belum pernah mereka lihat sebelumnya tiba-tiba muncul di dalam tempat suci mereka, yang seharusnya tidak ada siapapun selain anggota klannya.

“Ooh! Ooh!”

Pria tua itu hanya bisa menaikan suaranya, tanpa bisa berkata apa-apa karena keheranannya.

Mereka mempunyai pengintai di pintu masuk gua yang berfungsi sebagai kuil mereka, membuatnya hampir mustahil untuk masuk tanpa di ketahui.

Bahkan, tidak ada jalan rahasia di sini.

Dan lagi, di dalam gua yang berada di bagian paling dalam kuil, anak ini tiba-tiba muncul.

“Siapa… kamu? Bagaimana kamu bisa masuk ke sini?”

Tanya pria tua itu, namun anak itu tidak menunjukan tanda-tanda menjawab karna dia hanya mengerang kesakitan. Dia pernah mendengar rumor tentang hal ini : rambut hitam seperti suku buas yang hidup di pedalaman, pulau terpencil, dan pakaian aneh yang belum pernah di lihat. Bahkan dengan informasi pria tua itu, yang membanggakan diri bahwa berwawasan luas, mereka tidak bisa mengetahui identitas anak itu.

Ketika anak itu berguling menghadap keatas, menggeliat kesakitan, sesuatu tertangkap di mata pria tua itu. Dengan hati-hati mengulurkan tangannya, dia menyapu kesamping poni anak yang merintih itu, memperlihatkan dahinya. Apa yang ada di dahinya bukanlah sebuah kesalahan dari pria tua itu tapi apa yang dia harapkan. tidak, lebih ke sesuatu yang dia harapkan benar-benar ada di sana.

“Ini, sebuah segel! Orang ini adalah Divine Child (anak ilahi)”

Simbol yang ada di sana tampak seperti sebuah kombinasi dari angka 8 dan ∞ samar-samar bersinar di dahinya, simbol itu seperti dua ular yang menjerat tubuh mereka dan menggigit ekornya masing-masing sambil menggeliat. Simbol yang mengerikan.

“Seorang Son of Heaven (putra dari surga)! Divine Child(anak ilahi)nya Aura!”

Pria tua itu, yang tubuhnya bergetar karena kegembiraan dan suka cita, berbalik ke anggota klan dan berteriak dengan keras.

Anggota klan, yang diam mengamati perkembangan sampai sekarang dengan penuh perhatian sambil menahan nafas, tiba-tiba bersorak atas perkataan pria tua itu.

“Aura yang Agung! Aura yang Agung! Anak Ilahi yang Agung!”

Semua orang menangis dengan penuh suka cita, bersorak sampai tenggorokan mereka serak.

Akhirnya, Aura mengabulkan keinginan klan. Akhirnya, waktunya telah tiba untuk melepaskan ambisi klan.

Semua orang bersukacita.

Semakin besar derita yang mereka alami sampai saat ini, semakin besar pula sukacita mereka untuk serangan balik ini.

“Hahaha … wahahahaa !!”

Kemudian ekspresi tidak sedap di pandang dalam ekstasi terdistorsi di wajah pria tua itu saat dia mengeluarkan tawa keras.

“Binasalah! Mereka semua yang menipu kita, yang mencibir kita, yang mengusir kita! Kalian semua bajingan lebih baik hancur saja! Wahahahahahahaa!!”

Karen alasan ini dia tidak memperhatikan suara gemuruh, yang bergema dari luar gua.

“Seraaang!”

Bersamaan dengan perintah itu, panah yang tak terhitung jumlahnya di tembakkan di gua yang sempit.

Pria tua itu terkena salah satu panah di dadanya, mengembalikan kesadarannya dengan rasa sakit yang membakar.

“!? A-apa!?”

Di dalam gua menjadi pusaran kekacauan.

Tentara berarmor lengkap dengan pedang dan tombak di tangan mereka masuk melalui pintu masuk, membunuh keluarga pria tua itu satu demi satu.

Anggota klan, yang tidak mempunyai pilihan selain bergantung pada Aura karena tidak mempunya kekuatan untuk memegang senjata, di kalahkan oleh tentara tanpa bisa berusaha untuk melawan.

“Musnahkan para penganut iblis ini! Jangan biarkan ada yang selamat!”

“Orang sesat yang keji!”

“Bunuh mereka! Jangan biarkan satupun selamat!”

Diterangi oleh cahaya lilin yang berkelap-kelip, bayangan yang tak terhitung bergoyang di dinding gua seperti menari. Di antara mereka, pria tua itu tidak bisa berbuat apa-apa selain dengan linglung menatap klannya terbunuh. Sang kapten dengan kain coklat yang menempel di helmnya, yang menonjol saat berada di antara para prajurit, melompat ke depan pria tua itu. Di tangan kanannya menggenggam sebuah pedang yang berwarna merah dari darah klannya.

“Aku tebak kamu adalah ketuanya, bajingan! Aku akan mengambil kepalamu!”

Pedang itu di ayunkan bersama perkataannya, kepala pria tua itu, yang masih membuka lebar matanya karena terkejut, menari di udara sambil mengeluarkan darah seperti air mancur. Sang kapten meraih rambut putih kepala pria tua itu yang berguling di kakinya dan mengangkatnya setinggi mungkin.

“Aku membunuh pemimpinnya!”

Di dalam gua, para tentara meledak dalam sorakan.

Para prajurit mencari mereka yang masih bernafas dan menghabisinya. suara becek dari tombak yang menusuk daging dan erangan rendah mereka, yang di bunuh, bergema di dalam gua.

sang kapten yang melihat operasi itu dengan penuh perhatian, dia mendengar erangan rendah dari belakangnya.

“Au… uu…”

Tidak yakin apakah masih ada penganut iblis yang masih hidup, dia menghunus pedangnya dan mengamati sekeliling dengan hati-hati.

Setelah itu, dia menemukan seorang anak yang mengerang kesakitan menghadap ke atas di kaki patung dewa jahat yang menjijikan.

Masih ada yang hidup, ya?

Sang kapten mengangkat pedangnya di atas kepala, tapi setelah itu tangannya berhenti.

Seorang anak dengan rambut hitam dan pakaian yang belum pernah di lihat di sekitar sini. Dia tidak bisa percaya bahwa dia adalah rekan dari para pemuja iblis, tapi dia juga tidak terlihat seperti anak yang di culik dari desa terdekat.

Mata kapten itu, yang ragu-ragu dengan keputusannya untuk menangani ini, menangkap sesuatu yang samar-samar bersinar di sisi lain poni yang menutupi dahi anak itu. Dengan hati-hati dia menggunakan pedangnya untuk menyingkirkan poni anak itu. Lalu dia terdiam.

“…?!”

Tidak perduli berapa kali dia mengedipkan matanya, sesuatu yang ada di dahi anak itu tidak menghilang.

“Ini… sebuah segel?! Anak ini adalah, Anak Ilahi?!”

Sang kapten membuka lebar-lebar matanya sambil gemetar ketakutan dan mundur ke belakang tanpa sadar.

[Pada hari ini kami akhirnya menemukan benteng para penganut iblis yang dengan mengerikan membunuh anak-anak dan wanita muda yang mereka culik dari desa sekitar beberapa waktu lalu. Bersama dua puluh empat prajurit di bawah komando ku, kami pertama-tama menembak dua penjaga yang berdiri di pintu masuk gua menuju kematian, lalu menyerbu ke dalam gua.

Aroma mencurigakan melayang di dalam gua, dan pemuja iblis dalam jumlah besar berada di tengah-tengah upacara aneh.

Menyerbu tempat itu dengan tentaraku, kami membersihkan empat puluh dua pemuja iblis, termasuk dengan pria tua yang tampak seperti pemimpin mereka.

Saat sedang melakukannya, aku menemukan seorang anak di kaki patung iblis yang di gunakan sebagai objek keimanan mereka.

Di dahi anak yang berambut hitam dan pakaian aneh bergaya asing ada sebuah segel yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Tidak dapat mengetahui apakah dia salah satu dari anak ilahi, aku memutuskan untuk membawanya ke benteng untuk memberikan penilaian yang lebih baik.]

Kemudian, dia merenungkan apakah itu sudah memuaskan atau tidak; meskipun itu hanyalah laporan singkat, ini adalah dokumen formal pertama Kisaki Souma.

◆◇◆◇◆

Banyak Pahlawan dan Sage telah mengukirkan namanya di sejarah Benua Sledeas.

Di antara mereka yang mencapai hal itu, banyak yang disebut pahlawan jahat, seperti tirani dan pembantaian, juga termasuk di dalamnya.

Di usir setelah melakukan reformasi yang sembrono yang menyebabkan puluhan ribu orang mati kelaparan [Kaisar yang Bodoh] Kashnal.

Meracuni beberapa orang termasuk suaminya sendiri, kekasih dan keluarganya demi kemewahan untuk dirinya sendiri [Wanita Beracun yang Mematikan] Mary Selenar.

Memenggal kepala para tahanan nasional musuh, dia mengalahkan musuh dengan memberi mereka ketakutan dengan membuat dinding pertahanan dari kepala mereka, [Pemenggal Kepala Resmi] Baga Yang.

Banyak lagi nama dari pahlawan jahat yang di ketahui.

Namun, bahkan di sepanjang catatan penting dari banyaknya pahlawan jahat, di sana ada nama dari pria yang namanya sangat terukir di sejarah dunia ini.

Bahkan sekarang, nama itu, yang dipuji karena dipenuhi dengan kebencian dan kemarahan, membuat mulut semua orang terdistorsi seperti telah menelan racun saat mereka menyebutnya dan membuat ekspresi semua orang menjadi kaku karena jijik dan ketakutan saat mereka mendengarnya.

Jumlah mereka yang mati ketika kekacauan yang di sebabkan olehnya mencapai beratus-ratus ribu. Dan bahkan setelah dia mati, manusia yang tak terhitung jumlahnya sekarang sedang sekarat karena pengaruhnya.

<Kaisar yang Kejam> Gurla Gumeshis, yang mengabdikan dirinya pada pembunuhan sebanyak mungkin dengan menggulingkan semua negara musuh juga dengan rakyat dan pengikutnya yang memberontak terhadapnya, yang sadar akan ucapan dan perilaku sombongnya, tapi bahkan baginya dia adalah orang yang membuat Gurla berkata “Jika menghitung jumlah orang yang di bunuh orang itu, sesuatu seperti pembunuhan yang aku lakukan, dia mungkin telah melakukannya berkali-kali.”

Setelah menghapus banyak sekali kota dari bumi dengan bom baru yang dia kembangkan dan juga mengulang mimpi buruk eksperimen manusia pada tahanan, pemimpin dari divisi ilmu pengetahuan kerajaan yang juga bertugas sebagai perwira tentara. Bagi ilmuwan jenius yang gila Otto Seidenbecher, dia adalah pria yang Otto puja “Aku menghancurkan orang-orang dan kota, tapi dia menghancurkan dunia.”

Dia muncul tiba-tiba di Benua Seldeas pada suatu hari.

Lalu dia menyebarkan pengaruhnya ke seluruh benua dalam sekejap mata, memberontak kepada kerajaan yang mengatur benua pada saat itu dan menghancurkan pondasinya, mengundang masa pergolakan yang berlanjut selama beberapa ratus tahun setelah itu.

Semua orang merasa jijik, benci, ngeri dan ketakutan kepadanya dan menyebutnya; [Divine Son of Destruction, Kisaki Souma] —

Komentar

Komentar

Options

Not work with dark mode
Reset